Senin, 17 Maret 2014

Benteng Kong Hucu di Kelenteng Boen Bio


Jalan Raya Kapasan  dan sekitarnya di  Surabaya – Jawa timur  yang berada tak jauh dari Jembatan Merah yang legendaris  adalah merupakan kawasan Pecinan dengan banyak bangunan Kuno dan Bersejarah.

Di kawasan Pecinan itulah terdapat bangunan Kelenteng. Salah satunya adalah kelenteng Boen Thjian Soe yang lebih dikenal dengan nama kelenteng Boen Bio.



Kelenteng dengan Bangunan berwarna terang dan Mencolok ini berdiri pada tahun 1883 di lokasi pertamanya, Kapasan Dalam, Surabaya. Dalam bahasa fujian. Boen berarti Sastra / budaya, sedangkan Bio berarti kuli. Jadi Boen Bio berarti : kuil kesusastraan.



Klenteng yang  merupakan saksi bisu pertahanan terakhir dari kejayaan agama khong Hu chu di Surabaya  ini beda dengan kebanyakan klenteng karena tidak ada Patung Buddhamaupun Dewi Kwan Im. Ia juga tak memiliki patung dewa-dewi lain, yang lazim ditemui dalam klenteng Buddha maupun Taoisme. 



 Yang ada justru patung Khong hu Cu atau  lebih dikenal dengan nama Nabi Khong Co yang berada di depan altar sebelah kanan.
 
 
Kelenteng yang pernah mengalami pemugaran sejak 1903 dan  selesai pada tahun 1906  ini dahulu  kelenteng Boen Bio terletak di Kapasan dalam. Dengan bantuan dari para donatur, bangunan kelenteng kemudian dipindahkan  ke areal yang lebih luas di raya Kapasan nomor 131, hingga sekarang. 
Nama-nama donatur pemindahan kelenteng itu diabadikan pada prasasti yang berada di samping ruangan kelenteng.

Lim Seng Tee, pendiri industri  raksasa rokok Sampoerna, juga pernah berkutat di kelenteng  Boen Bio. Dia juga  pernah sekolah Tiong Hoa Hwee Koan, yang terletak di dekat Boen Bio. 


Dalam sejarahnya, Boen Bio ternyata juga merupakan " benteng terakhir " umat Khong Hu Chu pada saat itu dalam menghadapi Kristenisasi di kalangan orang Tionghoa. 


 Sejak 1907, pemerintah Hindia Belanda membuka Holland Chineesche School, sekolah-sekolah berbahasa Belanda untuk orang Tionghoa,  Selain itu Belanda juga  mendorong dan mendukung organisasi-organisasi Kristen Protestan dan Katolik, bikin untuk mendirikan sekolah-sekolah swasta. 

Tindakan Belanda itu membuat pihak dari Boen Bio khawatir  orang-orang Tionghoa akan meninggalkan agama leluhur mereka. Pada awal abad XX, Boen Bio bukan hanya rumah Ibadah. Ia juga menjadi tempat kegiatan Sosial orang-orang Tionghoa di Kapasan.

------------------------------------------------------------------------------------

BreakSession :
 
Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan LangsungKLIK Linkdi bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :


Jenazah Utuh Walau Sudah Dimakamkan Puluhan Tahun 
Sisi lain Keindahan Di Gunung Bromo

Jejak Panser Yang legendaris Di Surabaya 

Kupat Ketheg yang Unik Dan Khas Di  Gresik 

Koleksi Keramik Kuno masa Dinasti Ming di  Di House of Sampoerna

Pesona Kuda Jingkrak di Tuban
Rumah Sakit Hantu Di Lamongan 
Foto Gus Dur di Kelenteng Boen Bio
Ikon Ala Nazi di Kelenteng Kwan Sing Bio

Camilan Ampo Yang Terbuat dari Tanah
Menguji Adrenalin di Watu Ondo
Rambu Ala Slankers Di Bojonegoro
Buah Kepel Sebagai Deodoran Alami
Nikmat dan Segarnya Es Dawet Siwalan
Indahnya Alun-alun Tuban di Malam Hari
Pesona Kesegaran Air Terjun Sri Getuk
Ribuan Ikan dan Kelelawar di Gua Ngerong

Gemerlap Istana Dalam Gua 
Museum Anak Kolong Tangga
Jangkar Bermata Empat Di Museum Kambang Putih
Pesona Keindahan Candi Prambanan
Pondok Pesantren Dalam Gua Yang Fenomenal
Minuman Legen Yang Nikmat dan Segar
Jejak Majapahit di Candi Jabung 
=================================================================
 Memasuki kelenteng ini di depan bangunan kelenteng terdapat  dua buah Pilar  berhias Naga  dengan detail,  ornamen dan warna kuning emas dan biru laut yang sangat indah. 
 

Tepat di belakang pagar, terdapat sepasang patung Ciok Say, Singa Batu yang bermakna simbolis sebagai penjaga pintu masuk kelenteng dan penolak roh jahat.

Di ruang utama Kelenteng Boen Bio  ini juga terdapat dua buah pilar naga, yang melambangkan Tiong Si (  tenggang rasa ) , yang berarti bahwa dalam hidup ini sesama manusia harus bisa saling bertenggang rasa.
Tampak Menempel pada gebyok Kayu di bagian tengah atas adalah plakat bertuliskan Sen Diau Nan Cing ( Berkumandang ke Selatan).
 

Plakat itu konon adalah pemberian langsung dari Kaisar Cina, yang melambangkan penyebaran ajaran Khonghucu ke bagian Selatan Cina. Plakat itu dihiasi dengan ornamen naga dengan Kepala di bawah yang melilit tiang, yang berisi Lampu-lampu kecil pada langit-langit kelenteng.


Yang menarik di kelenteng Boen Bio juga terdapat pajangan Foto Gus Dur, ulama besdar dan Presiden ke-4  RI sebagai penghormatan atas jasa-jasa Gus Dur yang  membuka kembali kebebasan umat Tionghoa dalam menjalankan aktifitas tradisi dan budaya mereka di Indonesia.

 
 
Selain itu, hal yang menarik lainnya adalah beberapa bagian kelenteng Boen Bio memiliki nuansa klasik dengan sentuhan Artistiknya.Kelenteng Boen Bio merupakan salah satu kelenteng kuno dan bersejarah di Nusantara.





Baca juga dan Klik artikel menarik berikut ini  :


Penari Balet Yang Memasang Pisau Di Sepatunya

Jenazah Utuh Dimakamkan 35 Tahun Di Tuban


Gaun Pengantin Terbuat dari 9999 Kuntum Mawar 
 Click Nikmatnya Oleh-oleh Khas Tuban





Artikel-artikel Menarik lainnya bisa Anda baca 



di Link berikut ini :

www.blogger.comblogspot.com


0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Rene blog's Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger